Jumat, 02 Agustus 2013

Versi Teks Date a Live episode 1



30 tahun yang lalu, di perbatasan Cina dan Mongolia.
Angin berputar menggetarkan bebatuan, awan berpusar mengeluarkan suatu kekuatan aneh yang ketika menyentuh tanah menimbulkan ledakan yang luar biasa. Ledakan itu menghancurkan segalanya, rumah, tanah, kendaraan, apapun yang dilewatinya.
Sebuah fenomena gempa luar angkasa besar melanda di pusat Eurasia. Merenggut nyawa sekitar 150 juta jiwa.
Lalu…
Saat ini, aku dibangunkan dengan cara yang mengerikan oleh adikku…

Date a Live Episode 1
Teks Version by esti-widhayang.blogspot.com
Author : Dhwati Esti Widhayang

“Kotori, adikku yang imut…” ucap seorang anak laki-laki pada dik perempuannya yang meloncat-loncat di atas tubuhnya untuk membangunkannya.
“Hooo!!” ucap anak yang bernama Kotori itu.

-Name: Itsuka Kotori. Age 14. Tinggi: 145 cm. Blood type: AB-

“Ada apa, kakakku yang imut?” tanya Kotori.
“Turun dariku!! Kau berat!!”
Disuruh turun, anak bernama Kotori itu justru mengambil ancang-ancang dan melompat terjun ke perut kakaknya.
“Gouf!!”

“Ahahaaha, kau bilang ‘gouf’? itu kan gundam!” ucap Kotori.
nb: (Gundam MS – 07 Gouf)

Kakaknya tidak menghiraukan dan malah menarik selimutnya lagi.
“Hah? Kenapa tidur lagi?!” tanya adiknya. “Bangun! Bangun kakak!! Bangun!!”
“Larilah, Kotori…” ucap kakaknya tiba-tiba dengan suara yang diserak-serakkan.
“Ha?”
“Aku terjangkit virus ‘jika kau tidak membiarkanku tidur 10 menit lagi, aku akan kelitiki adikku tanpa ampun’…” ucap sang kakak. “Yang biasa disebut T-Virus.”
“A-?? Virus macam apa itu??” tanya adiknya polos.
“Cepatlah lari, Kotori… selagi aku belum hilang kendali…”
“Ta-tapi, bagaimana denganmu, kakak??”
“Lupakan saja aku! Yang penting kau selamat…” ucap kakaknya. “Cepatlah…”
“Tidak, kakak!!” adiknya hampir meneteskan air mata. Tiba-tiba kakaknya membuka selimut yang dipakainya, dan…
“GRRROOOOAAAARRR!!!”
“KYAAAAAAAAAAA!!”
Si adik lalu berlari ketakutan sementara si kakak tertawa puas. “Fuh, yareyare…” ucap si kakak.

-Name: Itsuka Shido. Age: 16. Height: 170cm. Weight: 58 kg. Bloodtype: A.-

“Hoam…” si kakak yang bernama Itsuka Shido sudah memakai seragamnya. Sambil menguap Ia menuruni tangga, dan mendapati adiknya bersembunyi ketakutan di dekat sofa.
“Hiks… seram… T-Virus menyeramkan…” ucap si adik meringkuk ketakutan. Ia masih saja percaya dengan lelucon kakaknya tadi.
Kakaknya yang timbul niat usilnya, menyelinap di antara sofa, dan, “GGYYYYAAARRRR!!”
“Gyaaaaaa!!” adiknya berteriak dan menengok kanan kiri untuk mencari pertolongan.
Kakaknya tersenyum. “Tenanglah, ini kakakmu yang biasanya.”
“Ka-kakak??”
“Jangan takut, jangan taku! Aku adalah temannya Kotori.”
“Fyuh… hhooo..” adiknya kembali melepas nafas lega dan tertawa.

-----Date a Live-----

“Pagi ini, sebuah fenomena gempa luar angkasa kecil terjadi di pinggiran kota Tenguu.” Kotori menonton sebuah berita. Kakaknya, Shido, sedang memasak. “Hanya terjadi kerusakan kecil dan dilaporkan tidak ada korban. Saat ini belum ada penjelasan mengenai gempa luar angkasa ini.”
“Terjadi lagi, ya? Kali ini cukup dekat juga.” Ucap Shido.
“Iya.” Sahut Kotori.
Gempa luar angkasa. Sebuah bencana yang tidak diketahui asalnya. Seperti namanya, jika ada guncangan diluar angkasa, itu akan menghancurkan yang dibawahnya. Tidak ada yang tahu alasannya. Setelah bencana besar yang terjadi 30 tahun yang lalu, 6 bulan berikutnya, banyak gempa luar angkasa yang terjadi di dunia.
Di Jepang, tempat kami tinggal, adalah yang paling terkenal akan bencana itu. Area gempa luar angkasa, Kanto Selatan. 25 tahun setelah itu tidak terjadi apapun, tapi, 5 tahun terakhir saat keadaan kota Tenggu membaik, gempa luar angkasa itu kembali muncul.
Dan juga, hampir seluruhnya menimpa Jepang.
“Belakangan ini, bencana itu sering terjadi, ya?” tanya Shido.
“Iya~” ucap adiknya. “lebih cepat dari yang diperkirakan.” Ia menambahkan dengan suara kecil.
Shido menemukan ada yang janggal, “Hei, jangan makan permen sebelum sarapan!!” ucapnya. Ternyata adiknya itu sedang makan permen, dan dari caranya bicara Shido menyadarinya.
Ia mencoba merebut permen itu dari adiknya seperti merebut balon dari anak kecil(?). oke, lupakan…
“Ya ampun…” Shido menyerah dan menghela nafas, “Usahakan habiskan sarapanmu.”
“Baik!” ucap adiknya. “Aku mencintaimu, kakak~!”
Di kalender rumah mereka, tertulis: 10 April – Upacara Pembukaan.
“Oh iya, nanti siang kau mau makan apa?” tanya Shido.
“Paket makan mewah anak-anak!!”
“Yang seperti itu kan hanya ada di restoran…” ucap Shido. “Di rumah ini tidak menyediakan yang seperti itu.”
“He? Ayolah~!!” pinta adiknya. “Kumohon~ kumohon~” adiknya memasang wajah manis, “Aku mohon padamu, ya, kakak!!”

-----Date a Live-----

“Horee… paket mewah anak-anak~” ucap adiknya berangkat sekolah dengan gembira setelah berhasil membujuk kakaknya. “Makan siang di restoran~”
“Kau tidak perlu sesenang itu.” Ucap kakaknya.
“Biarlah. Terima kasih, ya, kakak!” mereka lalu berhenti di depan restoran yang nanti siang akan mereka kunjungi. “Baiklah, kakak, kita bertemu disini setelah kau pulang sekolah, ya?”
“Aku mengerti.”
“Pasti, ya? Tepati janjimu!!” ucap adiknya. “Meski terrorist menyerang restoran, kau harus tetap datang!!”
“Kalau itu terjadi, nanti kita malah tidak bisa makan -_-.” Ucap kakaknya. Shido mengelus kepala adiknya dan tersenyum, “Sudahlah, cepat berangkat sekolah.”
Namun ketulusannya(?) sebagai seorang kakak dilihat berbeda dimata orang lain. Tiga orang murid perempuan membicarakannya di kejauhan.
“Eh, itu Itsuka, kan?” ucap salah satunya yang berambut kuning.
“Rasanya mereka mesra sekali~” ucap salah satunya yang berambut coklat. “Ternyata gossip siscon itu benar.”

nb: siscon, kakak yang suka sama adiknya. Mungkin semacam sister complex?

“Menjijikkan~” ucap salah satunya yang berambut hitam panjang.
“Pasti, ya?? Janji!!!” Kotori berlari untuk berangkat ke sekolah. “Kau harus datang meski ada gempa luar angkasa!!”
“Ya, aku mengerti.” Ucap kakaknya mengiyakan, padahal Ia tidak tahu apa saja bisa terjadi selanjutnya. “Cepatlah berangkat.”
Tiba-tiba seseorang memegang pergelangan tangan Shido yang sedang ber-“bye-bye” ria dengan Kotori. “Selamat pagi, Itsuka.” Ucap orang itu dengan suara lembut. Dan ternyata dia laki-laki.
“Ah? Oh… Tonomachi.” Ucap Shido.
“Senang melihatmu bersemangat di awal semester ini.” Ucap orang yang bernama Tonomachi itu.
-Name: Tonomachi Hiroto. Age: 16. Height: 175cm. weight: 62kg.Bloodtype: B.-
Kembali tiga orang di jauh sana bergosip-ria,
“Kalau tidak salah ada gossip tentang dia juga.”
“Mereka bilang Tonomachi suka cowok dan cewek.” “Menjijikkan~”
 Shido berbincang-bincang dengan Tonomachi, dan berusaha melepas pegangan temannya itu. Di kejauhan yang jauh, seorang perempuan berambut putih sedang memperhatikan mereka. Perempuan itu nampak sebaya dan juga memakai seragam yang sama.
“Ada apa?” tanya si rambut coklat tukang gossip pada temannya yang berambut kuning.
“Barusan… aku melihat si ‘jenius’.” Sahut yang rambut kuning.
“Menjijikan~”

Di Sekolah, kelas 2-4
“Tapi, kebetulan sekali, ya? Itsuka?” ucap Tonomachi. Mereka berada di kelas yang sama, kelas 2-4. “Sekelas lagi denganmu membuatku yakin kalau kita ditakdirkan bersama.”
“Be-begitukah?”
TRRIIINNNG… ada suara telepon bordering. Tonomachi segera mengeluarkan telepon dari sakunya, “Ah, maaf… ini pacarku.”
“He? Sejak kapan?”
“Akan kuperkenalkan.” Ucap Tonomachi lalu menunjukkan foto seorang gadis. “Ini.”
 “Itu kan hanya galge!” ucap Shido. Gambar yang ditunjukkan Tonomachi hanyalah karakter fiksi dalam game.
“Pacar ya pacar… jangan berpikiran sempit!” ucap Tonomachi. “Game ini mengajarimu bagaimana mendekati cewek!!...terutama soal kencan. Game ‘Fall in Love My Little Seed’ ini sangat—“
“Itsuka Shido.” Potong seorang perempuan memanggil Shido. Dia adalah perempuan yang tadi mengintip mereka dari jauh, yang dikatakan si genius.
“E-eh… aku?” tanya Shido.
“Ya.”
“Kenapa kau tahu namaku?” tanya Shido pada perempuan itu.
“Kau sudah lupa?”
Shido tidak menjawab, dan akhirnya perempuan itupun tidak mengatakan apa-apa lgi, dan langsung duduk di bangku sebelah Shido.
“Hei, dia itu siapa?” tanya Shido berbisik ke Tonomachi.
“Kau ini… masa tidak tahu si genius Tobiichi Origami?!”
“Tobi…ichi… Origami?”
“Dia peraih nilai tertinggi di angkatan kita, termasuk dalam hal olahraga.” Tonomachi menjelaskan. “Tidak hanya itu, dia juga sangat cantik. Dia selalu menjadi salah satu dari tiga cewek yang ingin kukencani.”

-Name: Tobiichi Origami. Age: 16. Weight: 152. Bloodtype: A.-

“Masa kau tidak tahu murid yang terkenal di sekolah kita?” tanya Tonomachi. “Eh, tapi, kenapa Tobiichi bisa kenal denganmu?”
“Aku juga tidak tahu!”
Bel tanda perlajaran dimulai berbunyi, semua siswa duduk di bangkunya masing-masing. Ketika sang wali kelas masuk, Tonomachi sampai berdiri melihatnya,
“Woaaah, Tama-chan!!” ucapnya. Meskipun Ia guru, badannya sangat pendek dan terlihat masih terlalu kecil.
“Selamat pagi!” sapa guru itu. “Tahun ini aku akan menjadi wali kelas kalian. Okamine Tamae.”

-Name: Okamine Tamae. Age: 29. Height:150cm. Bloodtype: O.-

Shido bertepuk tangan seadanya. Ia melihat ke samping dan mendapati Tobiichi Origami sedang memperhatikannya.
“Tobiichi Origami…” pikir Shido. “Kenapa kau bisa tahu tentangku? Kenapa kau menatapku? Apa? Apa yang kau inginkan dariku?!”

-----Date a Live-----

Bel pulang sudah berdentang saat jam sekolah menunjukkan tepat pukul 12 siang.
“Itsuka, ayo kita pulang bersama.” Ajak Tonomachi.
“Maaf, aku ada janji.”
“Hoo? Sama cewek?”
“Ya, begitulah… hanya Kotori.”
“Aku mengerti.” Ucap Tonomachi. “Menurut pengamatanku, tidak ada cewek yang mau makan siang bersamamu!”
“Kau…” ucap Shido. “…Jangan terlalu jujur.”
Tiba-tiba alarm tanda bahaya di sekolah berbunyi dengan kencang, “Gempa luar angkasa telah terdeteksi.”
“Peringatan gempa luar angkasa?!” Shido bertanya-tanya.
“Ada lagi?” tanya Tonomachi.
“Ayo kita ke tempat aman di penampungan sekolah.” Ucap Shido.
“Ini bukan latihan, segera melakukan evakuasi ke tempat penampungan terdekat.” Ucap suara peringatan itu. “Saya ulangi, gempa luar—“
GREEEEK, Tobiichi menggeser bangkunya dan berjalan pergi keluar.
“Eh? Tobiichi?” Shido tidak habis pikir kemana dia akan pergi disaat situasi seperti ini.

Di suatu tempat.
“Area pengawasan, tampilkan pancaran.” Perintah seseorang.
“Proses melacak, kordinat 3,10…”
“Sudah ditemukan!... Princess!”
“Dia disini.”

-----Date a Live-----

“Saya ulangi, gempa luar angkasa telah terdeteksi. Ini bukan pelatihan. Segera evakuasi ke tempat penampungan terdekat. Saya ulangi, gempa luar angkasa telah terdeteksi,…” terdengar pengumuman seperti itu di seluruh penjuru kota.
Untungnya, karena teknologi yang canggih, fasilitas-fasilitas umum seperti kereta api dan juga mobil-mobil pribadi dapat dievakuasi dengan cara menampungnya di bawah tanah. Orang-orang juga nampak tidak panik karena tempat menuju penampungan tersedia dimana-mana.
  “Semuanya tenang, buat tiga barisan. Tetap berjalan tenang, dan hati-hati!!” ucap sensei Tama. Justru dialah yang nampak panik. Murid-muridnya nampak biasa saja seolah bencana ini sudah tidak asing.
“Ibu yang harus tenang.” Ucap Tonomachi.
“B-b-benar juga, ya…”
“Ku harap Kotori sudah berlindung…” pikir Shido. Ia dan murid-murid lainnya sudah berada didalam kotak penampungan. Ia mengambil handphone-nya dan menelpon Kotori, namun tidak ada jawaban. “Jangan-jangan, dia serius soal janji itu?”
Shido teringat kata-kata adiknya sesaat sebelum Ia berangkat, “Kau harus datang meski ada gempa luar angkasa!”
Ia mencoba menelpon lagi, namun hasilnya masih sama. “Kau tidak sedang menunggu di depan restoran, kan??” Shido mulai cemas. “Kau sedang berlindung di tempat penampungan, kan?” Shido berusaha menenangkan dirinya, “Tenang saja… mungkin Ia tidak mengangkatnya karena suara ponselnya tidak terdengar diantara keramaian…benar juga…”
Shido kembali mengutak-atik handphonenya, “Untuk jaga-jaga, aku akan melacak posisinya.” Shido mengaktifkan GPS. “Hanya untuk memastikan dia tidak…”
DEGGG!! Saat hasil GPS-nya keluar, terlihat posisi Kotori tepat berada di restoran yang mereka datangi tadi pagi.
Ia mulai membayangkan bagaimana kalau adiknya menunggu disana sendirian sambil ketakutan akan datangnya gempa? Tentu saja Ia tidak bisa membiarkan itu terjadi. Ia berlari segera berlari keluar dari tempat penampungan itu,
“O-Oi, Itsuka!!” panggil Tonomachi.
Shido berlari di tengah kota, mungkin hanya Ia orang yang masih berada diluar tempat penampungan saat ini. Ia tiba-tiba jad teringat sosok adiknya dan kata-kata yang diucapkannya,
“Aku mencintaimu, kakak!”
“Kenapa?!” batin Shido. Ingatan demi ingatan terus terulang dibenaknya layaknya kaset yang diputar ulang.
“Terima kasih, kakak!”
“Kenapa?! Kenapa dia masih menungguku dalam keadaan seperti ini?!” Shido berbelok ke kanan, “Kotori! Kotori! Kotori!”
Saat itulah hal itu terjadi.
Ledakan yang disebut-sebut gempa luar angkasa itu terjadi di depan Shido, bahkan sampai membuatnya terpental beberapa meter.
Shido mencoba bangun, “A-apa…?” saat Ia melihat sekitarnya, segalanya telah hancur menjadi puing-puing. Diantara puing-puing itu, terlihat sedikit api keungu-unguan, entah api apa itu…
Shido berjalan mendekati darimana pusat ledakan berasal. Ia agak terkejut melihat lubang yang diciptakan cukup besar. Namun Ia lebih terkejut lagi melihat seorang perempuan di tengah lubang itu, diselimuti api ungu.
“Apa yang dia lakukan disana?” Shido bertanya-tanya.
Perempuan itu mengambil pedang besar didekatnya dan dengan gerakan cepat menebas ke arah Shido. Sayatan dari pedang itu menghancurkan gedung di belakang Shido, nampaknya perempuan itu meleset.
“Kau juga?” tanya perempuan itu. Shido terkejut karena suara perempuan itu terdengar begitu dekat. Ternyata sekarang perempuan itu sudah berada di depannya, dan menodongkan pedang besarnya ke muka Shido. “Kau juga datang untuk membunuhku, kan?”
“Apa kau juga… akan membunuhku?” tanya perempuan itu sambil menodongkan pedang besarnya ke muka Shido.
Shido terjatuh ke belakang, sepertinya lututnya sudah lemas karena tuduhan tak beralasan itu. Apalagi pedang besar yang menodongnya itu.
“Kau juga datang untuk membunuhku, kan?” perempuan itu mengulangi pertanyaannya. “Kalau begitu, aku akan segera menghabisimu.”
“Tu-tunggu dulu!! Tidak mungkin aku melakukan itu!”
“Apa?”
“A-aku tidak pernah membunuh…” ucap Shido. “Lagipula, kau ini siapa?!”
WUUUSSSSHHHH… Dari atas langit, beberapa orang dengan pakaian aneh dan senjata aneh datang. Mereka menembakkan beberapa rudal kecil ke arah perempuan itu,
“Aaaaaaaa!!” teriak Shido. Ia berteriak karena saat ini Ia tepat berada di belakang perempuan itu. Kalau rudalnya mengenai perempuan itu, maka, Ia juga akan…
Perempuan itu mengangkat tangannya dan seketika tercipta lapisan pelindung. Tidak ada satupun yang dapat menembusnya. “Kenapa mereka tidak mau mengerti kalau semua ini sia-sia?”
Perempuan itu terbang dan menyerang orang-orang dengan senjata itu, Ia dengan mudah menepis serangan yang ditujukan padanya.
“Kenapa, perempuan ini…” pikir Shido. Perempuan itu menatap Shido dengan tatapan kesepian.
“Dia kuat… tapi terlihat sedih…” pikir Shido.
Orang-orang bersenjata itu kembali menyerang, namun tetap saja hasilnya sama. Salah satu dari orang bersenjata itu menemukan titik lemah perempuan itu, kini senjatanya sudah berada tepat di depan muka perempuan itu, namun…
Perempuan itu mengangkat tangannya seolah ingin menutup lubang senjata itu. Entah mengapa tiba-tiba senjata itu jadi tidak berfungsi dan dengan kesempatan itu si perempuan itu menyerang, dan menebas semua alat yang digunakan musuhnya untuk terbang.
Karena sudah tidak bersenjata, musuhnya hanya dapat menghindar dan pada akhirnya Ia sudah berada di belakang Shido. Shido menoleh untuk melihat siapa itu, dan ternyata dia adalah orang yang dikenali Shido.
“Tobiichi Origami?”                   
“Itsuka Shido?” Tobiichi balik bertanya.
“Pa-pakaian macam apa itu?”
BBLLLLAAZZZTTT!! Si perempuan dengan pedang besar itu kembali melepaskan sayatan pedangnya, dan membuat Shido terpental. Sementara itu, Tobiichi berhasil menghindar dengan melompat ke udara. Entah darimana Tobiichi sudah mendapatkan pedang dan sekarang mereka bertarung dengan imbang dengan sama-sama memakai pedang.
Gerakan mereka sama-sama cepat, lalu di satu titik, hantamana pedang mereka sama-sama bertemu hingga menghasilkan percikan. Percikan itu lalu menjadi ledakan dan yang selanjutnya terjadi adalah semuanya menjadi putih.

-----Date a Live-----

“Lokasi FJ-1820. Target: Princess. Target menghilang.”
“Situasi tidak mendukung untuk melanjutkan pelacakan.”
“Ukh…” Shido mulai sadar. Ia seperti mendengar suara-suara. “Apa?”
“Lama tidak bertemu.” Ucap sseorang.
“Siapa?”
“Aku senang sekali.” Orang itu tidak menjawab. “Tapi, tunggu sebentar lagi. Aku tidak akan membiarkanmu pergi, aku tidak akan mengulangi kesalahanku. Jadi…”
Shido tidak dapat melihat siapa yang berbicara, segalanya masih terlihat putih. “Ugh!!” Shido terbangun dan mendapati sebuah senter sedang menyorot matanya.
“Sepertinya kau sudah sadar.” Ucap seorang perempuan yang menyorotkan senter ke mata Shido.
“Si-siapa kau???”
“Aku petugas analisis disini, Murasame Reine.” Ucap perempuan itu. Kantung matanya nampak sangat hitam. “Tenang saja, aku mungkin bukan dokter, tapi aku bisa melakukan beberapa pengobatan dasar.”

-Name: Murasame Reine. Age:??. Height: 164cm. bloodtype: O.-

“Tidak meyakinkan…” pikir Shido.
Shido melihat ke sekitarnya, “Ano… sekarang aku ada dimana?”
“Ruang pengobatan Fraxinus.” Jawab Reine. “Kami membawamu kesini saat kau pingsan.
“Fraxi—? Pingsan?” tanya Shido bingung. “Benar, juga, aku tadi berada di tengah pertarungan…Kotori!!” Ia baru ingat soal adiknya. “Adikku!! Aku sedang mencari adikku!! Dia diluar restoran dan tidak berlindung dan—“
“Tenanglah.” Potong Reine. “Dia baik-baik saja.”
“Hee? Hah?”
“Aku mengerti ada banyak hal yang ingin kau ketahui, tapi bukan aku yang bisa menjelaskan padamu.” Ucap Reine. “Komandan yang akan menjawab semua pertanyaanmu.” Sebuah pintu terbuka, dan nampak ada seorang pria disana. “Dia ada disana.”
“Terima kasih.” Ucap pria itu pada Reine yang sudah mengantar Shido padanya. “Perkenalkan, aku wakil komandan, Kannazuki Kyouhei. Senang berkenalan denganmu.”

-Name: Kannazuki Kyouhei. Age: 28. Height: 181cm. weight: 74kg. bloodtype: A.-

Kyouhei lalu menunjuk ke sampingnya, dan disana nampaklah Kotori sedang duduk dengan seragam aneh dan memakan permen lollipop kesukaannya.
“Ko-kotori?!”
“Selamat datang di Ratatoskr!” ucap Kotori.
“Selamat datang di Ratatoskr!” ucap Kotori. Ia menunjuk monitor didekatnya dengan lollipop. Di monitor itu ada gambar perempuan dengan pedang besar waktu itu.
“Pertama, dia adalah Roh.” Ucap Kotori. “Dia tidak seharusnya berada di dunia ini. Saat dia akan datang, dia selalu meledakkan wilayah dibawahnya.”
“Meledakkan?” tanya Shido.
“Belum mengerti juga, ya?” tanya Kotori. “Dengan kata lain, fenomena gempa luar angkasa itu disebabkan oleh roh yang muncul di bumi.”
“Apa—?” Shido lalu teringat akan ledakan yang terjadi di depan matanya… api-api ungu… “Apa dia yang melakukannya?!”
“Kedua, mereka adalah TAR.” Kotori kembali menunjuk ke monitor dan kini layar berubah menjadi gambar orang-orang bersenjata tadi, termasuk Tobiichi. “Tim Anti Roh pertahanan Jepang. Saat roh muncul, mereka akan datang dan mengurusnya. Artinya, mereka membunuhnya.”
“Me-membunuhnya??!!??” Shido tiba-tiba teringat kata-kata perempuan itu, “Kau juga datang untuk membunuh, kan?”
“Ketiga, ada cara lain untuk mengurus Roh tanpa melibatkan TAR.” Ucap Kotori. “Untuk melakukan itu kami membutuhkanmu.”
“Eh? Aku?”
“Kau akan mulai pelatihan besok.” Kotori bicara seolah hubungan kakak-adik mereka itu tidak pernah ada. “Aku akan suruh seseorang membuat dokumen untukmu, tapi sekarang kau masuk sekolah saja seperti bi—“
“Tu-tunggu dulu!!” ucap Shido. “Apa maksudnya latihan? Kau mau aku melakukan apa?”
Kotori nampak kesal, dan menginjak kaki asistennya untuk pelampiasan. “Aku tidak mau mendengar protes darimu. Aku hanya mau jawaban ‘yes’.”

Sementara itu, asisten Kotori nampak beristirahat dalam damai. *plak.

Kotori memakan lollipopnya lagi, “Aku tahu kau bodoh, tapi kenapa kau bisa berada diluar? Mau mati, ya?”
“A-aku mencarimu!” ucap Shido. “Kau yang bilang kalau aku harus datang meski ada gempa luar angkasa!”
“Aku memang bilang begitu, tapi aku tidak percaya kalau kau menganggap itu serius.” Ucap Kotori. Benar-benar berubah 180 derajat.
“Tentu saja! Posisimu di ponsel tidak bergerak dari restoran!”
“Ponsel? Oh, itu memang di restoran.” Ucap Kotori. “Karena kita berada di atas restoran.”
“He?”
“Matikan lapisannya.” Kotori memberi perintah pada Reine. Seketika lapisan tempat merek berdiri nampak seolah menghilang, dan terlihatlah mereka berada di atas ketinggian~
“Kita berada 15 ribu meter diatas kota Tenguu.” Ucap Kotori. “Kita berada di kapal udara Fraxinus.”
Shido hanya dapat terdiam melihat kota Tenguu yang selama ini ditinggalinya sekarang berada dibawah kakinya..

-----Date a Live-----

“Uhm, meski baru dua hari sejak semester 2 dimulai, kita kedatangan asisten wali kelas disini.” Ucap sensei Tama.
“Murasame Reine.” Ucap si asisten wali kelas yang baru memperkenalkan diri. “Aku guru fisika. Salam kena—“
Reine langsung ambruk. Nampaknya kantung matanya yang hitam bukan hanya pajangan semata, Ia benar-benar kelelahan XD.
Shido hanya menganga, melihat semua itu.
Lalu..

-Jam istirahat, ruang lab. Fisika-

“Kenapa kau tiba-tiba jadi guru disini?” tanya Shido. “dan apa-apaan ini? Ruang laboratorium Murasame?”
Ruangan itu sudah di sulap dan dilengkapi dengan beberapa alat canggih.
“Panggil aku Reine, Shintaro.” Ucap Reine.
“Tidak, namaku Shido.”
“Ah, begitu, ya… Maaf, Shin.”
“Apa kau tidak bisa panggil dengan benar?? Ah, tapi itu bukan masalahnya…”
“Aku disini agar bisa membantumu jika terjadi sesuatu.” Ucap Reine.
“Kau harusnya bisa langsung mengerti kalau otakmu dipakai sedikit.” Ucap Kotori menunjuk-nunjuk Shido dengan lollipopnya. “Dasar kutu rendahan!”
“Lagipula, kau sedang apa disini?” tanya Shido. “Bagaimana dengan sekolahmu?”
“Aku sudah mengurus itu.”
“…” Shido hanya pasrah dan tidak mampu lagi menangani adiknya itu. “Jadi, maukah kau ceritakan padaku apa yang akan kau lakukan padaku??”
“Setelah kau memakai program pelatihan ini, kau akan segera mengerti.” Kotori menunjuk monitor, “Reine.”
Setelah beberapa detik Reine mengotak-atik, muncul sebuah game di depan monitor.
“Ga-galge??” tanya Shido yang nampaknya pernah melihatnya. “Sepertinya sama dengan milik Tonomachi.”
“Tidak, lihatlah lebih dekat.”
Shido melihat semakin dekat dan membaca judulnya, “Mai… riteru… Shido? (My little Shido)”

nb; seharusnya tulisannya “My Little SEED”, seperti milik Tonomachi.

Karakter dalam game tersebut memiliki beberapa kemiripan, seperti salah satu tokohnya menyerupai Kotori, salah satunya menyerupai Tobiichi, dan satunya lagi menyerupai Reine.
Karakter yang menyerupai Reine melakukan pembukaan game, “Organisme yang menyebabkan bencana besar, berada di antara dunia. Alasan keberadaannya tidak diketahui. Ketika dia muncul di dunia ini, dia menyebabkan gempa luar biasa. Dan menghancurkan daerah dibawahnya. Cara mengalahkannya,… dengan menyerang langsung dan membunuhnya. Tapi, cara itu sedikit berbahaya karena mereka juga kuat.”
“Selamat pagi, kakak!” ucap karakter yang mirip Kotori muncul. “Aku Kiriko! Sepertinya hal yang buruk telah terjadi. Tapi aku yakin kakak akan baik-baik saja. Pasti kakak bisa!”
“Ne, Shido, kau tidak akan membunuh atau menyakiti roh, kan?” karakter yang mirip Tobiichi muncul. “Tapi jika dibiarkan, mereka akan menyebabkan bencana lagi…”
“Kenapa kita tidak bujuk mereka saja?” ucap karakter yang mirip Reine. “Mereka harus menyukai dunia ini. Seperti yang orang bilang, ‘dunia akan lebih baik saat kau jatuh cinta’. Dengan kata lain, Itsuka-kun…”
“Dengan kata lain…” ucap karakter yang mirip Kotori.
“Dengan kata lain…” ucap karakter yang mirip Tobiichi.
“Kau harus…”
“…berkencan…”
“Ajak roh itu berkencan denganmu!”
“Berteman dengannya…”
“Kencan penuh cinta…”
“…Dan buat dia jatuh cinta!”
“Itulah Shido-kun…”
“Itulah Itsuka-kun…”
“Itulah kakak…”
“Tugasnya!!”
“Oleh karena itu, berjuang, ya!” ucap karakter Kotori mengakhiri.

-----Date a Live-----

Shido dan Tobiichi berdiri di sebuah tangga berdua, saling berhadapan.
“Kemarin, kau melihatku…” ucap Tobiichi.
“Ya…”
“Jangan beritahu siapapun.” Ucap Tobiichi. “Dan lupakan semua yang kau lihat kemarin.”
“Ano… tentang gadis itu juga?”

Date a Live Episode 1 www.Beelzeta.com

Lama tidak ada jawaban dari Tobiichi, maka Shido mengganti pertanyaannya, “Ah, Tobiichi, apa gadis itu—“
“Roh.” Potong Tobiichi. “Hal yang harus segera kuhabisi.”
“A-apa mereka begitu jahat??”
Tobiichi mengangguk. “Itu semua adalah ulah Roh…” ucapnya. “5 tahun yang lalu… orang tuaku… meninggal.”

Bersambung ke Date a Live Episode 2



Sumber : Beelzeta Atau Google Beelzta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar